Kamis, 07 Februari 2008

Melagukan Bacaan al-Quran

Innalhamdalillah, nahmaduhu, wanasta'inuhu, wastaghfiruh. Wa min syururri anfusina, wa min sayyiati a'malina. manyahdihillahu falaa mudhillalah, wa manyuhdlil falaa haadiyala. Asyhaduan laa illaha illallah, wa asyhaduanna Muhammdan 'abduhu warosuluh.

Kali ini, ana akan sajikan artikel tentang hukum melagukan al-Quran, dan beberapa kesalahan yang sering terjadi, agar kita dapat berhati – hati dalam mengamalkannya.

disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur'aanii 'Azhim bahwa
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak memperindah bacaan al-Quran ...”
Tentang ini Abu Musa Asy’ari berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Sekiranya aku tahu bahwa anda mendengarkan bacaanku, tentulah akan kuperbagus suaraku” [1]

Sayangnya, saat ini terdapat beberapa kebiasaan yang keliru ditengah masyarakat dalam memperindah bacaan al-Quran, berikut ini akan ana sebutkan beberapa bentuk kesalahannya,
  1. Memperindah bacaan al-Quran dengan nada – nada lagu yang diolah dan dipadukan ketika membaca al-Quran yang suci.
  2. Memaksakan diri dengan nada – nada tinggi, sehingga sebagian qari nasional pernah mengalami hernia karena membacanya seperti itu, padahal Islam melarang segala sesatu yang berlebihan, termasuk dalam membaca al-Quran.
  3. Memaksa membaca beberapa ayat dengan satu nafas, hal ini juga berlebihan, bahkan bertentangan dengan cara Nabi Shallallahu 'Alahi Wa Sallam dalam membaca ayat, Nabi Shallallahu 'Alahi Wa Sallam berhenti setiap satu ayat.
  4. Sering dilakukan oleh para muslimah dengan suara yang keras, sehingga dapat didengar oleh orang yang bukan mahramnya (sama halnya dengan rekaman suara). Padahal, haram bagi muslimah untuk memperindah suaranya, kecuali kepada mahramnya.
  5. Membaca al-Quran dengan duet! seperti layaknya orang yang sedang menyanyikan lagu. Ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alahi Wa Sallam! Hal ini juga merupakan pelecehan terhadap al-Quran yang suci.

Berikut ini, ana juga akan sebutkan beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh banyak orang, bahkan, seakan – akan sudah menjad budaya, yang sesat dan menyesatkan. Ana berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari hal – hal semacam ini. Berbagai macam bentuknya adalah sebagai berikut,
  1. Membaca al-Quran di atas kuburan! Mengapa dilakukan di atas kuburan? Kalau ganjarannya sama dengan membacanya di rumah, lalu mengapa dilakukan di atas kubutan?? Jika ganjarannya dianggap berbeda, atau membaca di kuburan dianggap lebih utama, mana dalilnya?? Bila tidak ada dalil, maka hal itu termasuk tindakan mengeramatkan kuburan, hal ini dilarang!
  2. Sebagian orang membaca al-Quran dengan beramai – ramai. Hal ini, selain tidak ada contoh dari Nabi Shallallahu 'Alahi Wa Sallam dan para sababatnya, juga bertentangan dengan adab membaca al-Quran dalam Islam! Nabi Shallallahu 'Alahi Wa Sallam hanya mencontohkan, Nabi membaca dan para sahabat mendengarkan, atau salah satu sahabat membaca dan Nabi beserta sahabat lain mendengarkan. Kalau semua membaca.. lalu siapa yang mendengarkan??
  3. Sebagian orang memberi upah orang lain untuk membaca al-Quran, ini jelas haram! Ada beberapa dalil yang secara tegas mengharamkan orang yang mengambil upah dari membaca al-Quran. Yang diperbolehkan adalah mengobati orang dengan ruqyah, tentunya dengan cara yang disyari'atkan, dimana di dalamnya terdapat pembacaan al-Quran untuk pengobatan. Dalam ruqyah, boleh mengambil upah.
  4. Sebagian membaca dan menghapal al-Quran di atas kuburan! Dengan niatan agar cepat hapal di luar kepala. Hal ini juga termasuk bentuk pengeramatan terhadap kuburan yang tentunya memuat unsur kesyirikan, na'udzubillah.

Dan mungkin masih ada lagi bentuk – bentuk kekeliruan yang ada di masyarakat saat ini. Lalu, bagaimana cara menghindari yang belum kita ketahui??

Caranya adalah dengan menanyakan dalil sebelum melakukan sesuatu yang baru saja kita ketahui, dan itu memiliki unsur ibadah (mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala). Ada satu kaidah yang para ulama gunakan dan sangat bagus untuk melindungi diri dari hal – hal seperti itu yaitu “Kalau sekiranya perbuatan itu baik, sudah pasti para sahabat telah mendahului kita melakukannya”.
Siapakah generasi terbaik umat Islam??? Yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in, kalau generasi itu sudah dipastikan sebagi generasi terbaik, mengapa mengada – ada sesuatu yang tidak mereka contohkan dan menyandarkan semua itu sebagi ibadah?


SUBHANAKALLAHUMMA WABI HAMDIKA, ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA-ATUBU ILAIKA
------
Diringkas dengan penambahan dari elFata edisi 11 volume 07, tahun 2007.
------
Foot note:
[1]. Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syahadat Bab Memperbagus suara dalam membaca Al-Qur’an 10/231, Abu Ya’la 13/266 (7279).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam ya muslim..

Ayat Al-Quran indah, dan bertambah molek dengan lagunya..

mari sama2 kita pelajarinya..saya ada sediakan ruang untuk belajar bertarannum, senang2 mampirlah ke sini..

>>Klik sini <<

wassalam..

Helmi Rahim mengatakan...

sepakat 101%